Pola parenting yang turun temurun

Setiap orangtua memiliki cara yang berbeda-beda dalam urusan mendidik anak dan hal ini disebut dengan pola asuh atau parenting. Pola asuh inilah yang mungkin akan berbeda di tiap orangnya, sebab ada banyak faktor yang memengaruhi.

Bila kamu menemukan orangtua yang gemar membandingkan anak-anaknya, maka bisa jadi mereka juga pernah menjadi korban dalam perbandingan yang dilakukan oleh orangtuanya dulu. Pola parenting yang terus turun menurun inilah yang nantinya bagai mata rantai, sebab harus segera diputus atau dihilangkan kebiasaannya apabila tak ingin berlanjut ke generasi selanjutnya.

Harapan untuk memiliki anak yang seperti itu

Orangtua mungkin sangat terkesan apabila melihat seseorang seusia anaknya telah memperoleh pencapaian yang luar biasa. Hal ini seakan menjadi impian yang ingin sekali dicapainya.

Sayangnya harapan untuk memiliki anak yang seperti itu bukan berarti dapat dilakukan dengan membandingkan anak. Cara tersebut hanya akan memberatkan mereka dan kemudian berdampak pada kondisi psikologisnya.

Baca Juga: 7 Kartun dari Berbagai Negara yang Masih Tayang di TV Indonesia

Rasa kurang bersyukur

Penyebab pertama yang membuat orangtua menjadi gemar membandingkan anak adalah karena rasa kurang bersyukur. Rasanya memang sangat tidak nyaman apabila harus membandingkan anak dengan orang lain, apalagi bila hal ini membuat anak tampak semakin kecil dan kurang.

Sebab rasa kurang bersyukur itulah justru dampaknya bisa sangat serius pada anak ke depannya. Pentingnya bagi para orangtua untuk senantiasa menanamkan rasa syukur yang tinggi di dalam hati, sehingga tidak perlu sampai membandingkan anak ke depannya.

Hari kamis kemarin, saya, hubby dan dua perempuan cantik lainnya nonton bareng The Clash of The Titans versi 3D di Plasa Indonesia. Tenang.. tenang.. kalian tidak akan menemukan spoiler di sini, karena saya tidak akan menulis soal resensi film di sini. Udah banyak kok blog lain yang menulis soal film ini…

Jadi begini, setelah menyimak film ini sampai selesai, saya tiba-tiba teringat satu film yang sempat saya tonton beberapa waktu yang lalu, Percy Jackson & The Olympians : The Lightening Thief.

Yes, karena dua film yang saya sebut itu mempunyai jalan cerita yang mirip satu sama lain, hanya berbeda genre. Percy Jackson memang mengambil Mythologi Yunani sebagai latar belakang cerita dengan versi modern, sementara Clash of The Titans memang bercerita tentang Mythologi Yunani dalam versi yang lebih serius.

Cuma ada satu hal yang sampe hari ini mengganggu pikiran saya. Di satu adegan dalam Percy Jackson & The Olympians : The Lightening Thief, Percy Jackson yang jadi tokoh utama di sini disebutkan sebagai demigod (setengah dewa setengah manusia) yang aslinya bernama Perseus, merupakan anaknya Poseidon, si dewa laut itu, dan Zeus punya anak perempuan bernama Thalia. Nah, di Clash of Titans, yang memang menceritakan kepahlawanan Perseus, Perseus disebutkan sebagai anak dari Zeus dan Danae yang merupakan seorang manusia.

Well, buat saya ini mengganggu sangat! Jadi sebenernya, Perseus aka Percy itu anaknya siapa?

Setelah berkeliling mbah gugel mencari jawaban, semua literatur mengenai Mythologi Yunani menyebutkan bahwa Perseus adalah keturunan Zeus. Poseidon sendiri punya banyak anak, dari beberapa wanita berbeda – tampaknya si Poseidon ini ganjen bener -, tapi ngga satu pun bernama Perseus.

Kesimpulan saya, mythologi yang diceritakan dalam Percy Jackson itu agak menyimpang. Ntah kenapa. Saya sendiri belum baca buku-buku Percy Jackson karangan Rick Riordan itu. Tampaknya saya harus segera membaca buku-buku tersebut dan berharap menemukan jawaban pasti di sana kenapa Rick Riordan membuat Percy menjadi anak Poseidon dan bukan Zeus seperti cerita aslinya.

Buat kamu yang pengen cuci otak dari mythologi yang ditampilkan dalam Percy Jackson, silahkan saja menonton Clash of Titans. Sekedar saran, nonton saja yang versi 2D, karena versi 3D-nya agak mengecewakan.

RELEASE THE KRAKEN!!!

a Legal Alien, an Information Omnivore View all posts by Chic

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terdakwa Nunun Nurbaeti sedang berbahagia saat ini. Pasalnya, di hari yang bersamaan dengan sidang lanjutan perkara cek pelawat, Nunun juga didampingi anaknya, Ratna Farida Darajatun yang sedang berulang tahun. Alhasil, setelah sidang selesai, Nunun membuat pesta kecil-kecilan di ruangan terdakwa Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (11/4/2012). Kepada awak media, sosialita asal Sukabumi ini mengaku sengaja memberikan kejutan saat hari ulang tahun anak ketiganya itu. Nunun pun seakan tak perduli perayaan tersebut harus terselenggara di Pengadilan Tipikor bersamaan hari dimana dirinya harus menjalani sidang lanjutan. "Saya sengaja buat surprice. Karena saya tidak punya lagi tempat, saya kan (ditahan) di Rutan. Saya ingin merayakan (ulang tahun), dimana pun tempat baik," ujarnya saat disapa awak media di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (11/4/2012). Terpantau Tribunnews.com dalam pesta tersebut tampak terlihat Ratna yang sedang berbadan dua itu bersama sang suami, Gito Subianto. Sang suami mengaku jika perayaaan ulang tahun isterinya itu sebagai kedekatan anak dan ibu. "Pengen deket aja sama ibu," kata Gito. Pun, dalam kesempatan yang berbahagia itu, sejumlah kolega Nunun hadir dalam acara. Kolega yang hadir tampak membagi-bagikan makanan yang telah tersedia kepada awak media. Namun, sang suami sekaligus ayah Ratna, Adang Darajatun tak hadir dalam acara tersebut. Baik Nunun maupun Ratna mengaku jika politisi Adang tidak bisa hadir lantaran sedang melaksanakan tugasnya sebagai anggota DPR yang dikabarkan sedang mengikuti rapat paripurna. "Bapak ada sidang, jadi beliau nggak bisa hadir, beliau harus tetap berkarya," kata Nunun. Saat ditanya prihal hadiah yang diberikan kepada sang Anak, Nunun mengaku dirinya hanya memberikan hadiah berupa doa. "Hari ini ada disini (Ratna) saya sudah bahagia, saya berikan kado doa, supaya Ratna sehat, kandungannya sehat dan lahir dengan selamat," imbuh Nunun. Dalam kesempatan ini Nunun pun curhat atas perkara yang telah menyeretnya menjadi tersangka. Nunun kembali membantah jika dirinya membagikan cek pelawat kepada sejumlah anggota DPR terkait pemenangan Miranda S Goeltom sebagai DGS BI tahun 2004 silam. "Saya tidak merasa bersalah, saya hanya mengenalkan teman baik (Miranda), saya tidak menyangka jadi terdakwa, saya jalani, semua badai pasti berlalu," ujarnya.

Anak-anak dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangannya tersendiri, sebab memang secara umum tidak ada manusia yang sempurna. Hal ini tentu senada dengan siapa pun yang ada di dunia ini, dari tua hingga muda pasti memiliki dua sisi yang berbeda-beda.

Sama halnya dengan anak-anak yang mungkin dimiliki oleh para orangtua. Ada yang memiliki kelebihan dan ada pula kekurangannya. Namun, sering kali hal ini justru dijadikan alasan dalam membanding-bandingkan anak dengan orang lain, sehingga menimbulkan kecemburuan dan rasa minder tersendiri pada anak.

Berikut alasan orangtua suka membandingkan anaknya dilansir dari parenting.firstcry, indianaexpress dan medium.

Sulit melihat sisi kelebihan dari anak

Seperti yang dibahas sebelumnya bahwa anak lahir ke dunai dengan kelebihan dan kekurangannya. Namun, entah bagaimana orangtua seakan sibu melihat anak dari sisi kekurangannya semata, sehingga sangat mudah dalam membanding-bandingkannya.

Padahal orang lain yang dibandingkan oleh orangtua juga bukanlah sosok yang sempurna, sebab pasti memiliki kekurangan yang hanya saja tidak ditunjukan. Jangan sampai orangtua sibuk melihat kelebihan orang lain, namun seakan sulit melihat sisi kelebihan dari anak sendiri.

Meragukan kemampuan anak

Penyebab yang terakhir bisa jadi karena orangtua meragukan kemampuan anak. Hal ini mungkin dapat terjadi apabila orangtua menganggap bahwa anak-anaknya tidak akan mampu dalam melakukan suatu hal tertentu.

Padahal tidak menutup kemungknan bahwa anak ternyata mampu dalam melakukan sesuatu, sebab motivasi dan keinginan kuat yang mungkin dimiliki anak. Bahkan kalau pun anak tak dapat melakukan hal tersebut, namun tidak semestinya mereka diragukan dan dibandingkan. Bisa jadi mereka justru handal dalam urusan yang lainnya.

Memang tidak mudah dalam menghadapi orangtua yang demikian. Kadang kala orangtua harus menurunkan ego dan berusaha keras dalam menjalani peran dengan baik. Jangan sampai kebiasaan dalam membandingkan anak, ya!

Baca Juga: Resto Sempatin Milik Babe Cabita, Sajian Ikan Patin Bakar Banjarmasin

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.