Betang (Kalimantan Tengah)

Selanjutnya, ada rumah betang milik suku Dayak di Kalimantan Tengah. Rumah ini juga berbentuk panggung dan mampu menampung hingga 150 orang. Selain digunakan untuk tinggal, rumah ini juga dipakai untuk pertemuan adat.

Joglo (DI Yogyakarta)

Punya nama sama dengan rumah adat Jawa Tengah, joglo versi DIY punya sedikit perbedaan. Rumah joglo versi Jogja meniru bentuk bangsal kencono dari Keraton Ngayogyakarta.

Limas (Sumatra Selatan)

Biasanya, rumah limas berukuran 400-1000 meter persegi dan sering digunakan untuk acara adat atau hajatan. Rumah ini disebut limas karena atapnya berbentuk limas.

e. Contoh Iklan Layanan Masyarakat Tentang Sosial Media

Busana adat Babu Nggawi

Busana Babu Nggawi merupakan pakaian adat yang dikenakan oleh kaum pengantin wanita.

Pakaian ini terdiri atas Lipa Hinoru di bagian atas, Roo Mendaa di bagian bawahan. Untuk atasan yaitu Lipa Hinoru berupa blus dengan bahu yang terputus.

Untuk bawahannya yaitu Roo Mendaa berbentuk rok panjang sebatas mata kaki yang memiliki warna seperti baju atasan dan dihiasi dengan manik-manik berwarna emas pada bagian depannya.

Serta memiliki motif tradisional yaitu motif Pinetobo, motif Pinesowi, dan motif Pinerubu Mbaku.

Pakaian Adat Sulawesi Utara

Gambar Sel Hewan Dan Tumbuhan Beserta Keterangannya

12 Pakaian Adat Sulawesi dan Gambarnya beserta Keunikan dan Keterangannya Lengkap – Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau di Indonesia yang terkenal akan pesisir pantai, pegunungan, taman nasional, habitat hewan endemik, serta tradisi dan kebudayaannya.

Pakaian Adat yang ada di Pulau Sulawesi pun sangat beragam, sebab di setiap provinsinya memiliki ciri khas pakaian adatnya masing-masing.

Pakaian adat juga menjadi fungsi bagi setiap suku untuk membedakan satu suku dengan suku lainnya yang ada di Pulau Sulawesi. Tentu ada banyak sekali keunikan dari pakaian adat di setiap provinsinya.

5 Keunikan Rumah Adat Sulawesi Selatan Beserta Makna dan Penjelasannya

Joglo (Jawa Timur)

Masih sama-sama punya rumah adat bernama joglo, rumah adat khas Jawa Timur ini tampak lebih sederhana dan simpel dibandingkan yang lain. Rumah ini terbagi menjadi dua ruang utama, yakni pendopo dan ruang belakang.

Baju Karai dan Wuyang

Pakaian adat dari Sulawesi Utara yang pertama adalah Baju Karai dan Wuyang. Kedua baju ini berasal dari Minahasa dan telah dilestarikan secara turun temurun oleh leluhur.

Untuk Baju Karai dikenakan oleh kaum pria, sedangkan Wuyang dikenakan oleh kaum wanita.

Sebenarnya, Baju Karai tidak memiliki lengan, lurus, memiliki warna hitam dan berbahan dari ijuk. Namun, ada juga yang memiliki lengan panjang dan memakai kerah, pakaian itu bernama Baju Baniang.

Bagian bawah atau celana tergolong sangat sederhana sebab hanya terdiri dari celana pendek hingga celana panjang seperti piyama.

Untuk Baju Wuyang yang dikenakan kaum wanita, memiliki bahan dari kulit kayu dan berbentuk seperti kebaya. Kemudian ada juga tambahan blus atau gaun yang disebut  sebagai Pasalongan Rinegetan.

Ternyata ada perpaduan budaya dalam pakaian adat Minahasa, yaitu dipengaruhi dari Tiongkok dan juga Eropa, lebih tepatnya Spanyol. Pada pakaian wanita memiliki pengaruh dari Spanyol yaitu pada kebaya yang memiliki lengan panjang dan dipadukan dengan rok bervariasi.

Lalu, untuk sentuhan Tiongkok terdapat pada kebaya dengan warna putih dan dipadukan dengan kain khas Tiongkok dengan motif burung dan bunga.

Pada pakaian pria, terdapat sentuhan Spanyol pada baju lengan panjang atau Baniang yang memiliki model seperti jas tutup dengan celana panjang.

Bahan yang digunakan pada pakaian ini berasal dari kain blacu berwarna putih.

Busana Tonaas dan Walian Wangko

Busana Tonaas memiliki ciri seperti baju kemeja yang berlengan panjang dan memiliki kerah tinggi. Untuk model bajunya lurus dan memiliki kancing serta tidak memiliki saku.

Pakaian ini memiliki warna hitam dengan motif bunga padi berwarna kuning keemasan di bagian leher baju, ujung lengan dan sepanjang ujung baju bagian depan yang terbelah.

Pakaian ini juga sering dipadukan dengan topi berwarna merah dengan motif bunga padi berwarna kuning keemasan.

Untuk pria Minahasa juga bisa mengenakan Walian Wangko namun dengan modifikasi dari baju Tonaas Wangko. Model bajunya panjang semacam jubah dengan warna putih dan hiasan corak bunga padi.

Biasanya dilengkapi dengan topi porong nimiles yang terbuat dari bahan lilitan dua buah kain berwarna merah-hitam dan kuning-emas.

Untuk busana Walian Wangko pada wanita berupa baju kebaya panjang berwarna putih atau ungu.

Pada potongan baju tidak memiliki kerah dan kancing, ketika dipakai dapat dipadukan dengan kain sarong batik berwarna gelap dan juga topi mahkota yang disebut juga dengan kronci.

Biasanya sering dilengkapi juga dengan selempang berwarna kuning atau merah, selop, kalung leher dan juga sanggul. Untuk hiasan memiliki motif bunga terompet.

Buasan Tonaas dan Wallian Wangk sering digunakan dalam acara penting dan resmi oleh semua kalangan.

Busana ini tidak digunakan dalam kegiatan sehari-hari oleh karena itu tidak bisa digunakan dalam sembarang kegiatan.